Saat
ini si hijau panjang ini sering kita katakan sebagai tanaman yang
merugikan bahkan tergolong tanaman narkotika yang kita anggap merusak
generasi muda saat ini.Di
beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti
bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang
jenis lain yang menggunakan bahan-bahan sintetik atau semi sintetik dan
merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat
manusia. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan,
terutama euforia (rasa gembira) yang berlebihan serta hilangnya
konsentrasi untuk berpikir di antara para pengguna tertentu.
Berdasarkan
penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi
oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap
membantu kreativitas adalah hasil silangan modern “Cannabis indica” yang
berasal dari India dengan “Cannabis sativa” dari Barat. Jenis ganja
silangan inilah yang tumbuh di Indonesia.
Sementara sebagai obat, Galen mencatat kalau ganja dipakai untuk
menghilangkan rasa sakit dan menghilangkan gas dari saluran pencernaan.
Pemikir Yunani lain yang bernama Gaius Plinius Secundus atau “Pliny si
Tua” (23-79 M) mencatat kegunaan ganja dalam “Naturalis Historia”
sebagai jus untuk mengeluarkan cacing dan binatang2 kecil yang masuk ke
telinga, menghilangkan sakit perut, menyembuhkan persendian yang kaku,
rematik dan penyakit kulit.
Kumpulan pengetahuan medis dari bangsa Yunani ini kemudian diteruskan
perkembangannya oleh bangsa Arab. Bangsa Arab merupakan bangsa yang
memiliki kumpulan pengetahuan medis tentang ganja dengan jumlah paling
banyak dibandingkan bangsa-bangsa yang lain sebelum abad ke-20. Catatan
pertama manfaat medis ganja dalam literatur Arab muncul dari tulisan
dokter bernama Ibn-Masawayh (857 M) yang menyebutkan kegunaannya sebagai
obat sakit telinga. Pada abad ke-10, bapak kedokteran Arab, Ibnu Sinna
atau yang lebih terkenal di dunia dengan Avicenna juga mencatat manfaat
ganja untuk mengeluarkan gas dari perut.
Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap
setiap individu. Segolongan tertentu ada yang merasakan efek yang
membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif,
terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek
yang dihasilkan metamfetamin). Ganja, hingga detik ini, tidak pernah
terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa
lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, di mana hampir semua unsur
yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini
sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh
obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi
kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan
maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia
buatan manusia itu.
Dalam penelitian ilmiah dengan metode
systematic review yang membandingkan efektifitas ganja sebagai obat
antiemetic didapatkan hasil ganja memang efektif sebagai obat antiemetic
dibanding prochlorperazine, metoclopramide, chlorpromazine,
thiethylperazine, haloperidol, domperidone, atau alizapride, tetapi
pengunaannya sangat dibatasi dosisnya, karena sejumlah pasien mengalami
gejala efek psikotropika dari ganja yang sangat berbahaya seperti
pusing, depresi, halusinasi, paranoia, dan juga arterial hypotension.
Negeri Yunani sebagai salah satu lokasi
asal penyebaran tonggak kemajuan peradaban manusia melahirkan juga
kumpulan pengetahuan medisnya. Kitab “Materia Medica” yang ditulis oleh
Dioscorides (1 S.M.) pada masa setelah Romawi menguasai Yunani menjadi
buku rujukan bagi ilmuwan dari banyak bangsa selama 1500 tahun. Dalam
“Materia Medica”, Dioscorides mencatat ganja sebagai tanaman yang serat
batangnya bagus dan kuat untuk dibuat tali, sementara bijinya bermanfaat
untuk mengobati sakit telinga dan hilangnya gairah seksual (Dioscorides
1968 – 3.165 – p.390). Dalam “de facultatibus alimentorum”, Claudius
Galen atau yang lebih terkenal dengan Galen (128-201 Masehi) mencatat
kalau masyarakat Yunani saat itu memakan kue dengan bahan ganja yang
dinamai cum aliis tragematis & quot untuk kegembiraan dalam
perjamuan.
Epilepsi merupakan penyakit yang tercatat
oleh bangsa Arab sebagai penyakit yang dapat disembuhkan dengan ganja.
Ibn al-Badri pada abad ke-15 menyebutkan kalau ganja bisa menyembuhkan
serangan epilepsi dalam seketika (Lozano, 1989).
Pada awal abad ke-13 muncul larangan
pertama di dunia Arab berdasarkan ajaran agama Islam mengenai pemakaian
ganja, tepatnya pada masa kekuasaan raja al-Zahir baybars (Hamarneh,
1957). Tetapi seorang dokter kerajaan yang bernama Yusuf ibn Rasul masih
bersikeras menggunakannya dalam praktek pengobatan untuk menyembuhkan
sakit kepala (Lewis et al. 1971).
Catatan kegunaan medis menarik tentang
ganja yang baru muncul dari bangsa Arab adalah khasiatnya menyembuhkan
tumor. Ibn Buklari pada abad ke-11 menyebutkan kalau jus dari daun ganja
bisa menyembuhkan ‘abses’ di kepala, Ibn-al-Baytar seabad kemudian
menyebutkan khasiat minyak dari biji ganja untuk menghilangkan tumor
yang sudah mengeras (al-awram al-siya). Catatan lain datang dari
Muhammad Riza Shirwani pada abad ke-17 yang memakai biji ganja untuk
pengobatan tumor pada rahim (Mu’min, 1669).
jadi allah menciptakan segala sesuatu pasti ada manfaatnya, walaupun sejelek jelek apapun barang tersebut pasti ada hikmahnya.
0 komentar:
Posting Komentar